Social Icons

Pages

Rabu, 12 Agustus 2015

PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS INDUSTRI GARAM RAKYAT INDONESIA



  Muhammad Asyrofi Al-Kindy
Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang


Abstrak:Sayuran tanpa garam akan hambar rasanya. Secara diam-diam garam telah merasuk dalam kehidupan manusia. Mulai dari makan, mandi, dan alat-alat yang digunakan manusia semuanya diproduksi dengan menggunakan garam. Umumnya garam digunakan dalam industri makanan, namun sebenarnya garam adalah bahan kimia dasar yang digunakan untuk memproduksi barang-barang lainnya. Indonesia sebenarnya berpotensi besar dalam memproduksi garam, apalagi panjang pantai negara ini melebihi tinggi gunung Everst. Namun pengelolaan industri garam rakyat di Indonesia sangatlah buruk sehingga garam yang seharusnya bisa menjadi “emas putih” justru terbuang sia-sia
Kata Kunci: Garam, Produksi, Potensi, Faktor, Pemberdayaan

Indonesia secara astronomis terletak di antara 6o LU-11o LS dan 95o BT-141oBT sehingga Indonesia beriklim tropis dengan karakteristik suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20–23o C. bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30oC (Sridianti, 2014). Karakteristik tersebut selaras dengan optimalisasi salah satu proses dalam pembuatan garam yaitu penguapan (evaporasi).  Indonesia juga berbentuk kepulauan sehingga memiliki banyak pantai. Berdasarkan survei terbaru dari Badan Informasi Geospasial (BIG), panjang garis pantai indonesia ialah 99.093 km. Data ini melebihi panjang yang diumumkan PBB pada tahun 2008 lalu — 95.181kilometer. Atau bahkan dari angka yang sering dipergunakan berbagai pihak sebelumnya — 81.000 kilometer. (nationalgeographic.co.id, 2013). Jika metode konvensial pembuatan garam bisa menghasilkan   ± 70 ton /km2/tahun, maka dapat kita estimasi, potensi produksi garam Indonesia secara kasar adalah 6.936.510/tahun (kemenperin.go.id, 2014)
Ironisnya, Indonesia sampai saat ini masih mengimpor garam, kebutuhan garam terutama untuk industri diperoleh dari luar negeri. Mereka menganggap garam produksi rakyat Indonesia masih berkualitas rendah dan tak sesuai dengan spesifikasi industri. Mereka kurang peduli akan peningkatan kualitas garam rakyat Indonesia, tapi mereka menggunakan cara pintas untuk memenuhi kebutuhan industri melalui impor garam. Seandainya potensi pantai dan petani garam Indonesia diberdayakan dengan baik dan benar, maka dapat dipastikan negara kita dapat sejahtera meskipun bermodalkan garam.
Penyebab Rendahnya Kualitas dan Kuantitas Garam Indonesia
Mengapa garam buatan Indonesia kualitasnya rendah? Mengapa kadar NaCl garam Indonesia paling bagus hanya 80 persen, padahal garam impor kadarnya di atas 97 persen?
Salah satu penyebab rendahnya kualitas garam kita adalah cepatnya petani dalam memanen garam, yakni 3 - 4 hari. Padahal untuk mencapai kadar NaCl setara garam impor, air laut harus dikeringkan selama 15 - 20 hari. Faktor lokasi dan alam juga berpengaruh terhadap kualitas garam. Untuk menghasilkan garam kelas satu memang tak mudah.  Air laut yang digunakan harus memiliki kadar garam tinggi. Pantainya juga harus jauh dari muara sungai sehingga airnya bisa jernih. Selain itu, pasang surut air laut yang mencapai permukaan daratan tidak lebih dari 2 m. Begitu juga dengan pantai/daratan sebagai ladang penggaraman utama harus berada setinggi sekitar  3 m di atas permukaan laut, agar air laut tidak merembes ke dalam tanah ladang. (Intisari November 2011)
Faktor berikutnya adalah kita masih tertumpu pada produksi garam di Jawa dan Madura, padahal musim kemarau di kedua daerah tersebut berkisar antara 4-6 bulan. Sedangkan potensi produksi garam di Indonesia sebelah timur yang memiliki periode musim kemarau lebih panjang yakni 8 bulan masih terabaikan.
Selain faktor lokasi dan alam, kebanyakan pembuatan garam di Indonesia masih menggunakan cara-cara tradisional(konvensional), yaitu proses evaporasi atau penguapan air laut di dalam kolam penampungan. Teknologi ini cukup primitif dalam industri pergaraman. Produksi secara massal sangat terhambat akibat ketergantungan terhadap iklim amat tinggi. Metode semacam ini justru hanya menghasilkan garam untuk dapur dan meja makan, bukan untuk keperluan industri.
Solusi Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Garam Indonesia
            Rendahnya kualitas garam produksi rakyat Indonesia sebenarnya mudah diatasi, metode yang salah dalam proses produksi garam dapat diminimalisir dengan cara memberikan penyuluhan kepada para petani garam, baik melalui BUMN yang mengurusi garam seperti P.T Garam, melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan ataupun melalui lembaga swadaya masyarakat yang  bertujuan memperbaiki kehidupan petani garam seperti LSM KIARA(Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan).
            Melalui penyuluhan, metode produksi yang salah seperti proses pemanenan garam yang begitu cepat (3-4 hari) akan diperpanjang menjadi 12-15 hari sehingga kandungan NaCl pada garam semakin meningkat, untuk mengatasi lamanya pemanenan garam maka digunakanlah sistem tambak bertahap dimana masing-masing tambak dipanen tidak secara bersamaan tapi bertahap dari tambak satu ketambak lainnya.
            Sedangkan untuk Faktor lokasi penguapan garam yang harus memenhi syarat, kita dapat memodernisasi tambak-tambak garam sehingga dimanapun lokasinya, letak muara sungai dan pengaruh pasang-surut tidak akan terlalu berpengaruh sehingga kualitas garam akan tetap terjaga
.           Untuk meningkatkan kuantitas produksi garam, daerah-daerah Indonesia timur seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Aru dan Kei, serta Papua bagian Selatan yang memiliki musim kemarau lebih panjang dapat diberdayakan. Pembangunan dan pemberdayaan industri garam rakyat didaerah tersebut bisa menunjang produksi garam nasional sekaligus bisa membangun ekonomi daerah-daerah itu serta mengurangi ketergantungan kita akan produksi garam yang selama ini terpusat di Jawa dan Madura.
            Faktor teknologi produksi garam yang selama ini menjadi ganjalan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas garam dapat teratasi dengan cara mengadopsi metode-metode pembuatan garam dari negara-negara maju seperti Jepang, disana metode pembuatan garam hanya membutuhkan alat-alat yang sederhana dan murah namun sangat efisien. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah metode “Sloping salt-terrace method (Ryukashiki-enden)” atau bisa disebut Terasering Garam. Dalam metode ini, air laut dipompa menuju terasering untuk diuapkan, setelah konsentrasi garam dalam air sudah jenuh(brine), maka air laut akan dipompa dan ditiriskan di rak bambu sampai mengkristal, garam yang sudah mengering di bambu akan dikeruk dan dikumpulkan kedalam truk kemudian dibawa ke pabrik untuk proses selanjutnya (Shiojigyo, 2007)




 




                                         Sloping salt-terrace method (Ryukashiki-enden)”

PENUTUP
            Bagaikan luka disiram air garam, begitulah keadaan industri garam rakyat di Indonesia. Bukannya memberdayakan petani garam agar produk kita meningkat kualitas dan kuantitasnya, justru pemerintah mengambil jalan pintas mengimpor garam yang secara langsung merugikan petani garam. Seharusnya kita  lebih mengutamakan apa yang dihasilkan oleh negeri kita sendiri. Sebagai akademisi, tugas kita ialah menerapkan ilmu-ilmu yang kita dapatkan di lingkup sekolah kepada para rakyat yang belum pernah mengeyam pendidikan terutaama kepada para petani garam yang tingkat pendidikannya sangatlah rendah. Dengan adanya transfer ilmu dari akademisai kepada petani garam, tak dapat dipungkiri bahwa suatu saat kita akan mencapai Swasembada Garam dan menjadi eksportir garam terbesar di dunia, sehingga kita dapat terlepas dari belenggu pertambangan yang sudah dikuasai oleh asing dan pembangunan Indonesia akan lebih terakselerasi. Sehingga tercapailah apa yang dicita-citakan proklamator kita Ir.Soekarno yakni “Berdaulat dalam Politik, Berdikari dalam Ekonomi dan Berkepribadian dalam Kebudayaan”.







DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Perindustrian, 2013. Kemenperin Dorong Produksi Garam dengan Inovasi. http://www.kemenperin.go.id/artikel/6022/Kemenperin-Dorong-Produksi-Garam-Dengan-Inovasi , (online) diakses 3 Desember 2014.
Kementerian Perindustrian, 2013. Kita Mampu Capai Swasembada Garam, http://www.kemenperin.go.id/artikel/3259/Kita-Mampu-Capai-Swasembada-Garam, (online) diakses 3 Desember 2014.
Kementerian Perindustrian, 2013. Industri Garam Dinilai Bermasalah, http://www.kemenperin.go.id/artikel/4168/Industri-Garam-Dinilai-Bermasalah , (online) diakses 3 Desember 2014.
National Geographic Online, 2013. Terbaru: Panjang Garis Pantai Indonesia Capai 99.000 Kilometer, http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/terbaru-panjang-garis-pantai-indonesia-capai-99000-kilometer , (online) diakses 3 Desember 2014.
Shiojigyo (The Salt Industry Center of Japan), 2007. Salt Production Method : Major Salt Concentrate Production Methods. http://www.shiojigyo.com/english/method/concentrate.html, (online) diakses           3 Desember 2014.
Sridanti, 2014. Ciri Iklim Tropis: Karakteristik Iklim Tropis. http://www.sridianti.com/ciri-ciri-iklim-tropis.html, (online) diakses 3 Desember 2014.

 

Sample text

Sample Text

 
Blogger Templates